Kota Payakumbuh (ANTARA) - Peringatan Idul Adha yang dilaksanakan setiap tahunnya oleh umat muslim di dunia bukan sekadar tentang ritual pelaksanaan ibadah haji yang dilakukan oleh jutaan orang di Tanah Suci.
Lebih dari itu, Idul Adha juga menjadi momentum yang ditunggu-tunggu sebagian orang. Sebab, setelah menunaikan Shalat Idul Adha, umat islam menyembelih sapi, kerbau, kambing atau domba.
Anjuran berkurban terdapat dalam beberapa surah di Al Quran salah satunya Surah Al Kautsar Ayat 2 yang berbunyi "Maka diriikanlah shalat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah".
Perintah berkurban menjadi sebuah penanda tentang rasa cinta, semangat gotong royong, keikhlasan dan saling berbagi dengan sesama. Tak heran perayaan Idul Adha selalu menjadi hari yang selalu ditunggu-tunggu.
Akan tetapi, suasana yang seharusnya diisi rasa kegembiraan dan penuh suka cita tadi tak jarang juga terselip kesedihan dari sebagian orang yang tak kebagian daging kurban. Pada umumnya, panitia kurban memberikan kupon bertuliskan nomor yang dicap stempel basah sebagai tanda seseorang berhak menerima daging kurban.
Namun, pada praktiknya masih sering dijumpai orang yang seharusnya berhak menerima daging kurban atau masuk ke dalam kuota penerima, justru harus gigit jari karena tidak kebagian daging kurban. Hal ini bisa terjadi karena adanya satu penerima menerima dua paket daging kurban.
Ernita, warga Kelurahan Balai Jariang, Kecamatan Payakumbuh Timur, Kota Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat, Sabtu, bercerita pada Hari Raya Idul Adha sebelumnya ia tak mendapatkan daging kurban. Padahal ibu dua anak ini memiliki kupon sekaligus tercatat sebagai penerima.
Perasaannya campur aduk. Sedih di tengah suasana perayaan Idul Adha yang seharusnya diisi tawa bersama sanak keluarga sembari menyantap rendang. Namun, tahun lalu ia diselimuti rasa kecewa dan sedih.
Kini, hadirnya SmartQurban yang merupakan sebuah inovasi berbasis aplikasi, Ernita bersama warga lainnya tidak lagi merasa cemas. Sebab, pembagian daging kurban disalurkan tepat sasaran menggunakan mekanisme pindai kode batang.
Seorang warga menunjukkan daging kurban beserta kupon yang berisikan kode batang di Kelurahan Balai Jariang, Kecamatan Payakumbuh Timur, Kota Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat, Sabtu (7/6/2025). ANTARA/Muhammad Zulfikar
"Saya senang karena tahun ini pembagian daging kurban sudah menggunakan SmartQurban. Artinya, tidak ada lagi orang yang menerima dua paket sekaligus, atau orang yang sama sekali tidak mendapatkan haknya," ujar dia.
Beberapa hari sebelum Hari Raya Idul Adha, panitia kurban terlebih dahulu mengumpulkan masyarakat di sebuah warung kecil di dekat rumah Ernita. Panitia menjelaskan pada tahun ini setiap penerima daging kurban diberikan selembar kertas putih lengkap dengan kode batang.
Pada awalnya, masyarakat di Kelurahan Balai Jariang sempat kebingungan karena pengambilan daging kurban berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Setelah diberikan pemahaman, warga mulai memahami bahwa cara ini lebih mudah, simpel dan efektif bahkan bisa mencegah seseorang menerima dua paket daging kurban.
"Saya berharap ke depannya setiap Hari Raya Idul Adha panitia kurban kembali menggunakan SmartQurban," kata dia.
Senada dengan Ernita, Maya Sari mengaku penggunaan SmartQurban sangat membantu masyarakat. Aplikasi yang lahir dari gagasan pemuda asli Kota Payakumbuh itu terbukti efektif, efisien dan mencegah seseorang menerima dua kali daging kurban.
"Hari Raya Idul Adha 2024 banyak warga yang tidak kebagian karena ada juga warga yang menukarkan kupon tahun 2023 sehingga dia menerima dua paket daging kurban," ujarnya.
SmartQurban
Pendiri aplikasi SmartQurban yang juga CEO GoBook Softindo Allans Prima Aulia mengatakan ide inovasi tersebut lahir dari permasalahan yang kerap dialami masyarakat saat pembagian daging kurban.
Beberapa tahun sebelumnya banyak masyarakat di kampung halamannya tidak mendapatkan pembagian daging kurban meskipun tercatat sebagai penerima. Aplikasi berbasis website ini menggunakan mekanisme pemindaian kode batang sehingga panitia dengan mudah bisa langsung mengidentifikasi seseorang berhak atau tidak menerima daging kurban.
Allans menjelaskan aplikasi ini dapat menampung atau bisa digunakan oleh 1.500 penerima manfaat daging kurban. Untuk cara kerjanya juga tergolong mudah. Masyarakat yang sebelumnya sudah diberikan kupon kertas berwarna putih berisikan kode batang cukup menyerahkan kepada panitia untuk dipindai menggunakan gawai.
Nantinya hasil pemindaian menggunakan telepon pintar tersebut menampilkan data penerima daging kurban sehingga memudahkan panitia sekaligus mencegah duplikasi data.
Untuk jangka panjang Allans berencana mengembangkan lebih luas lagi penggunaan SmartQurban sehingga bisa diakses masyarakat melalui android maupun iOS. Ia juga tidak menutup kemungkinan aplikasi ini digunakan oleh pemerintah daerah terutama untuk pendistribusian daging kurban pada Hari Raya Idul Adha 2026.
Dalam implementasi Allans melihat SmartQurban mendapatkan respons yang positif dari masyarakat. Hanya saja memang masih butuh penyesuaian terutama mengubah pola pikir masyarakat dan panitia kurban yang awalnya masih menggunakan cara konvensional beralih ke digitalisasi.
"Memang beberapa masyarakat dan panitia kurban sempat ada kebingungan, dan saya rasa itu wajar karena ini hal baru pengambilan daging kurban menggunakan kode batang," ucap dia.
Terakhir, ia berharap inovasi SmartQurban tersebut menjadi solusi atas sejumlah permasalahan di tengah masyarakat terutama saat perayaan Hari Raya Idul Adha, dan tidak ada lagi ibu-ibu yang tidak mendapatkan daging kurban di tengah suasana Lebaran Haji.
Hak Kekayaan Intelektual
Sementara itu, Wakil Wali Kota Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat, Elzadaswarman menyambut baik gagasan SmartQurban yang dinilai sebagai sebagai sebuah solusi konkret mengatasi persoalan distribusi daging kurban.
Elzadaswarman mengatakan akan mempelajari lebih jauh penggunaan aplikasi SmartQurban. Pemerintah setempat juga tidak menutup kemungkinan akan menggunakan aplikasi berbasis website tersebut untuk Hari Raya Idul Adha 1447 Hijriah.
Elzadaswarman berencana mengundang pencetus SmartQurban untuk berdiskusi lebih jauh terkait pola penggunaan dan pengembangan aplikasi itu untuk diterapkan pada tataran yang lebih luas.
"Secara substansi saya rasa ini sangat bagus kita kembangkan sehingga distribusi daging kurban tercatat dengan baik, dan penyalurannya tepat sasaran," kata Wakil Wali Kota Payakumbuh.
Untuk melindungi inovasi anak negeri tersebut, ia menyarankan agar Allans Prima Aulia mengurus atau mendaftarkan SmartQurban ke Kementerian Hukum. Tujuannya agar hak kekayaan intelektual aplikasi pertama di Ranah Minang itu terlindungi secara hukum.
"Ide anak muda ini sangat bagus dan tentunya kami rekomendasikan untuk mengurus hak kekayaan intelektualnya," saran dia.
Pendaftaran hak kekayaan intelektual di Kementerian Hukum sangat penting karena memberikan perlindungan hukum terhadap karya intelektual seseorang atau instansi. Selain itu, juga mendorong kreativitas dan inovasi, serta memberikan bukti kepemilikan yang kuat.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: SmartQurban wujudkan pembagian daging kurban yang merata